Teknik Sosiodrama (Teknik Bermain Peran) Dalam Konseling
Teknik sosiodrama (teknik bermain peran) dalam konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok yang biasa disebut role playing dengan cara mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Teknik sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat muncul dalam pergaulan dengan orang lain, tingkat konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. (Winkel, 2004: 470).
Teknik sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter dan lainnya. Teknik sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan mengenai masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (Depdiknas, 2008: 23)
Teknik sosiodrama dipergunakan sebagai salah satu teknik untuk memecahkan masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peran. Di dalam teknik sosiodrama ini seseorang akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial (Djumhur & Muh Surya, 2001: 109)
Teknik sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia (Romlah, 2001: 104)
Jadi berdasarkan pemaparan diatas teknik sosiodrama adalah teknik bermain peran dalam rangka untuk memecahkan masalah sosial yang muncul dalam hubungan interpersonal yang dilakukan dalam suatu kelompok.
Tujuan Teknik Sosiodrama
Menurut Hendrarno, dkk (2003: 73) menjelaskan bahwa tujuan dari teknik sosiodrama adalah mengidentifikasi masalah, memahami masalah, dan mencari jalan keluar atau pemecahannya sehingga terjadi perubahan dan perkembangan pada diri anak atau siswa.
Secara lebih rinci berikut ini adalah tujuan dari teknik sosiodrama:
- Individu berani mengungkapkan pendapat secara lisan/ melatih komunikasi
- Memupuk kerjasama
- Dapat menjiwai tokoh yang diperankan
- Melatih cara berinteraksi dengan orang lain
- Menunjukkan sikap berani dalam memerankan tokoh
- Dapat menumbuhkan rasa percaya diri
- Untuk mendalami masalah sosial
Manfaat Teknik Sosiodrama
Djumhur (2001:109) menjelaskan bahwa teknik sosiodrama digunakan sebagai suatu teknik dalam memecahkan masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peran. Sedangkan menurut Hendrarno, dkk (2003: 73) teknik sosiodrama berfungsi mengadaptasi dan menyesuaikan.
Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari teknik sosiodrama adalah sebagai suatu teknik dalam memecahkan masalah sosial, mengadaptasi dan menyesuaikan melalui bermain peran.
Relevansi Teknik Sosiodrama
Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik-konflik yang tidak mendalam dan tidak menyangkut gangguan kepribadian, misalnya konflik dengan teman, konflik dengan orang tua, desensitisasi sistematis. Sosiodrama sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendidik daripada kegiatan penyembuhan. Sosiodrama dapat dilakukan jika sebagian besar anggota kelompok menghadapi masalah sosial yang hampir sama, atau jika ingin melatih atau mengubah sikap-sikap tertentu.
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Teknik Sosiodrama
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam teknik sosiodrama, Hendrarno, dkk (2003) menyatakan bahwa sosiodrama sebagai teknik bimbingan tidak terlalu menekankan pada seni akting, blocking, maupun indahnya suatu dialog, tetapi lebih mengarah pada ekspresi-ekspresi yang spontan, ide-ide dan pemikiran baru, penemuan jalan keluar, penyaluran afek-afek yang tertekan serta improvisasi psikis kearah perkembangan.
Hendrarno, dkk juga menambahkan sebaiknya tema cerita disesuaikan dengan masalah yang timbul dan perkembangan anak. Jumlah anak sebaiknya tidak terlalu besar. Disarankan jumlah pemerannya antara lima orang, maksimal sepuluh orang. Arah dan jalan ceritanya lebih diserahkan pada murid, namun setelah itu, perlui dilakukan diskusi yang dipimpin oleh pembimbing (konselor). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dalam sosiodrama perlu adanya pengintegrasian beberapa ilmu serta terjadinya berbagai proses sebab akibat, pemecahan masalah dan lain sebagainya.
Prosedur Teknik Sosiodrama
Djumhur (2001: 109) menjelaskan bahwa didalam teknik sosiodrama, setiap individu akan memerankan suatu peranan tertentu dalam suatu siruasi masalah sosial. Dalam kesempatan itu, individu akan menghayati secara langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya. Prosedur lain dari teknik sosiodrama adalah sebagai berikut ini:
- Persiapan
- menentukan masalah
- pemilihan peran
- Pelaksanaan
- Tindak lanjut
Sedangkan menurut Romlah (2001:104), pelaksanaan sosiodrama secara umum mengikuti langkah-langkah sebagai berikut ini:
- Persiapan
- Fasilitator/ Konselor mengemukakan masalah, tujuan dan tema yang akan disosiodramakan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan
- Membuat skenario sosiodrama
- Menentukan kelompok yang akan memainkan sosiodrama sesuai dengan kebutuhan skenario, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka rela setelah fasilitator (konselor) mengemukakan ciri-ciri atau rambu-rambu masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain, atau berdasarkan kedua-duanya.
- Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi pemain. Tugas kelompok penonton adalah untuk mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahan diskusi setelah permainan selesai.
- Pelaksanaan sosiodrama
- Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk berdiskusi beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya. Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya. Dalam permainan ini diharapkan terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara pemain maupun penonton dengan peran-peran yang dimainkannya.
- Evaluasi dan diskusi
- Setelah permainan selesai diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-tanggapan penonton. Diskusi diarahkan untuk membicarakan: tanggapan mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya. Balikan yang paling lengkap adalah melalui rekaman video yang diambil pada waktu permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali.
- Ulangan permainan. Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan permainan atau tidak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengulang permainan adalah:
- Bertukar peran
Seorang pemain diminta untuk memainkan peran yang sebelumnya diperankan oleh orang lain. Tujuan dari pertukaran peranan ini adalah untuk: mengklarifikasi situasi, meningkatkan spontanitas, dan untuk meningkatkan pengertian serta kesadaran bagaimana orang lain merasakan dan melakukan hal yang sama.
- Peran ganda (doubling)
Peran ganda terjadi jika ada orang ketiga yang ikut bermain dalam permainan peran dengan mengisi suara salah seorang pemain. Tujuan dari pengisian suara dalam dialog ini adalah untuk membantu kelancaran permainan dan memberikan wawasan baru terhadap masalah yang sedang disosiodramakan.
- Teknik cermin (the mirror technique)
Teknik ini meminta anggota kelompok yang lain untuk menirukan peran yang dibawakan oleh salah seorang pemain seperti pada saat pemain itu memerankannya
Teknik kursi kosong digunakan apabila anggota kelompok mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain. Setelah anggota kelompok tersebut lancar berbicara, seseorang diminta mengisi kursi dan memerankan peran yang sebenarnya.
- Bermain peranan sendiri (monodrama)
Dalam hal ini seseorang dapat meningkatkan penghayatannya terhadap peran yang dimainkannya
Dari kedua pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa prosedur sosiodrama yaitu sebagai berikut:
- Konselor menjelaskan tentang pengertian, tujuan, serta teknik pelaksanaan sosiodrama pada siswa
- Menentukan topik dan tokoh yang akan diperankan dalam sosiodrama tersebut, serta menetapkan tujuan secara spesifik dari masing-masing penentuan topiknya
- Konselor menentukan skenario, dalam sosiodrama skenario harus ada. Skenario biasanya disusun oleh pemimpin kelompok, dalam hal ini adalah konselor. Sebagai catatan bisa juga pemimpin kelompok hanya memberikan poin-poin pentingnya saja, kemudian untuk detailnya siswa atau anggota kelompok yang menyusunnya.
- Menentukan kelompok sesuai dengan naskah, yang dimulai dari kelompok pemain peran, kelompok audien, dan kelompok observasi.
- Setelah itu sosiodrama dapat langsung dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan homeroom ini yaitu waktu yang sudah disepakati sebelumnya. Waktu yang efektif untuk pelaksanaan sosiodrama yakni kurang lebih 25 menit untuk berperan, 20 menit untuk diskusi, untuk pelaksanaan diskusi sendiri dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi diskusi skenario dan diskusi untuk bermain peran.
- Setelah pelaksanaan sosiodrama dalam puncak klimaks, maka konselor dapat menghentikan jalannya sosiodrama tersebut. Kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya, selain itu diskusi para tokohnya dan proses sosiodramanya.
- Konselor dan siswa atau anggota kelompok dapat memberikan komentar, kesimpulan atau catatan untuk perbaikan pelaksanaan sosiodrama selanjutnya.
Kelemahan Teknik Sosiodrama Dalam Konseling
Adapun kelemahan teknik sosiodrama dalam konseling antara lain adalah sebagai berikut ini:
- Jika individu kurang mampu memerankan perilaku yang diharapkan, maka tujuan pelaksanaan teknik sosiodrama bisa jadi kurang tercapai
- Tidak semua individu mau atau bersedia memerankan tokoh yang telah direncanakan
Kelebihan Teknik Sosiodrama Dalam Konseling
Kelebihan teknik sosiodrama dalam konseling antara lain adalah sebagai berikut ini:
- Dapat mengembangkan ketrampilan interpersonal individu
- Melatih individu untuk mengekspresikan diri
- Memperkaya pengalaman dalam menghadapi problematika sosial
- Lebih mudah dalam memahami masalah-masalah sosial karena individu mengalami sendiri, melalui proses belajar
Kesimpulan
Teknik sosiodrama merupakan metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial. teknik sosiodrama dalam konseling dapat diterapkan jika sebagian besar anggota kelompok menghadapi masalah sosial yang hampir serupa, atau jika ingin melatih atau mengubah sikap-sikap tertentu.
Sumber Referensi
- Depdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral
- Djumhur & Moh. Surya. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu
- Hendrarno,E. Supriyo & Sugiyo. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press
- Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UNM
- Winkel. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia