-->

Teknik Reframing Dalam Konseling

Teknik Reframing Dalam Konseling

Teknik reframing dalam konseling

Teknik reframing dalam konseling adalah upaya untuk membingkai ulang kejadian, dengan mengubah sudut pandang tanpa mengubah kejadian atau peristiwa yang dialami. Teknik reframing merupakan salah satu konsep yang dikembangkan dalam psikoterapi. Teknik reframing dalam konseling digunakan dalam rangka mengubah bingkai (frame) seseorang dalam menanggapi suatu peristiwa untuk mengubah makna (Bandler & Grinder, 1982: 1). Mengubah makna artinya adalah pencarian makna baru dari sesuatu yang sebelumnya dimaknai secara tertentu.

Kessler (1997: 385) menyatakan bahwa reframing adalah reformulasi dari suatu permasalahan dengan cara yang berbeda dari tampilan asli permasalahan sebelumnya. Sedangkan Wiwoho (2004: 62) menambahkan bahwa dalam reframing situasi yang menjadi objek adalah tetap, namun dilihat dengan sudut pandang yang berbeda. Jika seseorang dapat mengubah sudut pandangnya dalam melihat suatu peristiwa maka akan memunculkan pemaknaan yang berbeda sehingga kemudian akan berdampak pada respon perilaku yang berbeda.

Artikel serupa: teknik kursi kosong

Teknik reframing digunakan dalam psikoterapi untuk melakukan perubahan perspektif dari suatu fokus masalah seperti penelitian yang dilakukan oleh Capps (Carlin & Capps, 2009: 236) menunjukkan bahwa teknik reframing dipakai dalam pengubahan perspektif klien yang mengalami kekecewaan dalam kehidupan dengan suaminya. Tujuan dari reframing yang dilakukan adalah untuk melakukan re-evaluasi, dan melakukan revisi interpretasi terhadap suatu situasi atau perspektif mengenai dirinya.

Konsep reframing dipakai dalam penelitian Rule (1998) untuk memaknai secara positif, dengan perspektif yang berbeda mengenai kejenuhan (boredom). Dalam penelitian ini prosedur dilakukan melalui tiga tahapan yaitu:

  • Pengarahan kembali
  • Kesadaran
  • Intropeksi

Setiap tahapan akan muncul dengan kecepatan yang berbeda dan mungkin akan menggunakan bagian otak yang berbeda (Rule, 1998: 331).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kessler (1997) dalam proses terapi genetik, yaitu terapi keluarga yang berhubungan dengan permasalahan hubungan dengan anggota keluarga yang sedarah. Pada penelitian ini teknik reframing dipakai sebagai salah satu tahapan untuk melakukan perubahan cara berfikir. Selain itu penelitian yang lain dilakukan oleh Zaborowski (1997) dengan subjek individu yang mengalami kebutaan atau kehilangan kemampuan melihat. Pada penelitian ini teknik reframing dipakai sebagai upaya untuk mengubah makna kebutaan dan dialami oleh individu.

Artikel serupa: teknik kontrak perilaku dalam konseling

Karakteristik Teknik Reframing Dalam Konseling

Karakteristik teknik reframing dalam konseling adalah klien atau konseli melakukan pengubahan cara pandang, atau melakukan labelisasi ulang mengenai permasalahan yang berhubungan dengan perilaku atau kebiasaan yang tidak/ kurang tepat, perasaan atau reaksi emosi yang berlebihan dan gejala yang berhubungan dengan gangguan fisik. Teknik reframing dalam konseling sering kali digunakan menjadi bagian dari proses konseling dan psikoterapi secara lebih luas.

Teknik self management

Tujuan Teknik Reframing Dalam Konseling

Tujuan teknik reframing dalam konseling adalah sebagai berikut:

  1. Mengubah cara pandang mengenai masalah yang dihadapi
  2. Menurunkan reaksi emosional yang dimiliki klien atau konseli, agar lebih berfokus pada tujuan yang dilakukan
  3. Meningkatkan motivasi klien atau konseli untuk menjalankan prosedur pelaksanaan konseling

Relevansi Teknik Reframing Dalam Konseling

Teknik reframing dalam konseling dapat diterapkan pada klien atau konseli yang mengalami gangguan dan permasalahan yang berhubungan dengan perilaku atau kebiasaan yang kurang tepat, perasaan atau reaksi emosi yang berlebihan dan gejala yang berhubungan dengan gangguan fisik.

Teknik modeling

Prinsip Dasar Teknik Reframing Dalam Konseling

Prinsip dasar teknik reframing dalam konseling adalah sebagai berikut ini:

  1. Konselor harus memahami bahwa dirinya memiliki posisi sebagai fasilitator dalam proses reframing
  2. Konselor dapat memberikan umpan balik pada kasus yang dilamai oleh klien atau konseli dengan memberikan komentar, pertanyaan, masukan, atau umpan balik yang memicu klien atau konseli untuk berfikir ulang tentang suatu permasalahan
  3. Konselor harus memahami bahwa teknik reframing merupakan pendekatan yang cukup mudah dan aman digunakan, sehingga dapat dilatihkan agar klien menumbuhkan respon yang tepat pada kasus yang ditemui dimasa yang akan datang

Manfaat Teknik Reframing Dalam Konseling

Beberapa manfaat teknik reframing dalam konseling diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Reframing bermanfaat dalam membuka sudut pandang baru dalam suatu permasalahan yang dihadapi oleh klien atau konseli, sehingga dapat memberikan respon yang tepat dan lebih adaptif
  2. Reframing dapat menurunkan perasaan khawatir yang dimiliki oleh klien atau konseli
  3. Klien atau konseli dapat menurunkan gejala-gejala yang berkaitan dengan keluhan fisik dan juga yang berkaitan dengan permasalahan psikologis yang dihadapinya

Jenis Teknik Reframing Dalam Konseling

Terdapat dua jenis teknik reframing dalam konseling yaitu context reframing (mengubah konteks) dan meaning reframing (mengubah arti).

  • Context reframing: mengubah cara pandang secara kontekstual dengan menunjukkan berbagai keuntungan dibalik peristiwa itu
  • Meaning reframing: mengubah cara pandang secara makna dengan cara mencari arti atau makna lain (Metagon & Tarmizi, 2001: 54)

Bentuk dari reframing, masing-masing memiliki perbedaan dalam penekanan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh klien atau konseli. Penekanan pada context reframing lebih fokus pada mengubah konteks dari suatu situasi sedangkan meaning reframing menekankan pada mengubah makna dari suatu situasi.

Teknik aserif training

Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Teknik Reframing

Teknik reframing dalam konseling dapat diterapkan dengan catatan kondisi individu yang menjadi klien atau konseli harus memahami beberapa konsep berikut ini:

  1. Memahami seluruh perilaku. Apakah yang dipersepsikan secara positif atau negatif, memiliki makna untuk dirinya sehingga yang perlu ditekankan adalah makna positif yang diinginkan dari perilaku baru
  2. Seriap perilaku diatur sesuai bagian masing-masing dan bagian tersebut dapat dilibatkan dalam komunikasi
  3. Setiap individu memiliki sumber daya kreatif yang dapat membantu dalam mengidentifikasi alternatif solusi
  4. Bagian tertentu mungkin tidak sesuai dengan alternatif yang muncul karena intervensi antar fungsi positif dari berbagai perilaku yang ada. Karena itu, sebelum memilih alternatif baru, fungsi positif dari setiap perilaku harus dipertimbangkan terlebih dahulu.

Prosedur Teknik Reframing Dalam Konseling

Ada beberapa prosedur teknik reframing dalam konseling, tahapan reframing menurut Richard Bandler dan John Grinder (1982: 114), adalah sebagai berikut:

  1. Identifikasi masalah, perilaku, respon yang akan diubah
  2. Membangun komunikasi pada bagian yang bertanggung jawab untuk perilaku, masalah atau respon
  3. Menanyakan kepada diri, apakah bisa diterima atau tidak jika dilakukan pengubahan perspektif terhadap suatu hal yang menyebabkan masalah, perilaku atau respon tersebut
  4. Meminta orang lain untuk memberikan berbagai macam alternatif perspektif
  5. Menanyakan pada diri sendiri apakah setuju jika menerapkan alternatif perspektif lain terhadap suatu hal
  6. Memeriksa kembali apakah ada bagian dari dalam diri yang keberatan dengan menerapkan alternatif perspektif yang lain

Tahap-tahap lainnya dalam pelaksanaan teknik reframing dalam konseling yaitu:

  1. Pilih permasalahan yang dialami oleh klien atau konseli, dapat merupakan permasalahan yang memang tidak disukai atau sangat mengganggu klien atau konseli
  2. Usahakan klien atau konseli melakukan komunikasi/ kontak dengan pihak-pihak yang menumbuhkan kebiasaan buruk
  3. Pisahkan perilaku yang dilakukan klien atau konseli dari maksud positif
  4. Temukan dan munculkan perilaku atau respon baru
  5. Ciptakan komitmen dan mencoba proses
  6. Melakukan cek terhadap pilihan baru yang dilakukan
Teknik desensitisasi sistematis

Kelebihan dan Kelemahan Teknik Reframing Dalam Konseling

1. Kelebihan teknik reframing dalam konseling

Kelebihan penggunaan teknik reframing dalam konseling antara lain adalah:

  • Mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
  • Tidak membutuhkan biaya yang mahal
  • Tidak membutuhkan sarana dan prasarana yang rumit

2. Kelemahan teknik reframing dalam konseling

Kelemahan penggunaan teknik reframing dalam konseling salah satunya adalah tidak mudah diterapkan pada klien atau konseli yang memiliki pendirian kuat memandang masalah hanya dari satu sisi tertentu saja.

Teknik relaksasi dalam konseling

Kesimpulan

Pada dasarnya teknik reframing dalam konseling adalah teknik dengan cara membingkai ulang suatu kejadian dengan maksud untuk melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang berbeda tanpa harus mengubah kejadian yang ada. Mengubah cara pandang mengenai permasalahan yang dihadapi oleh konseli serta menurunkan reaksi emosional agar konseli bisa lebih berfokus pada tujuan yang dilakukan.

Referensi

  1. Bandler, Richard dan John Grinder. 1982. Reframing: Neuro-Linguistic Programing and The Transformation of Meaning. Utah: Real People Press
  2. Carlin, N & Capps, D. (2009). Coming to Terms with our regret. Journal of Religion Health. Vol. 48.p224-239
  3. Kessler, S. (1997). Psychological Aspect of Genetic Counseling, Journal of Genetic COunseling Vol.6.no.4.p.397-392
  4. Megaton, Yuri dan Tarmizi. 2001. Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengan Jilid II. Jakarta: Grasindo
  5. Rule, W.R. (1998). Unsqueezing the soul: Expanding choices by reframing and redirecting boredom. Journal of Contemporary Psychothetapy. Vol.28.no.3.p.327-336
  6. Wiwoho, R.H. 2004. Reframing: Kunci hidup bahagia 24 jam sehari. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  7. Zaborowski, B. (1997). Adjustment to vision loss and blindness:a process of reframing and retraining. Journal of Rational Emotive & Cognitive Behavioral Therapy. Vol. 16. No. 3. P. 215-221

LihatTutupKomentar

Followers