-->

Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Teknik kursi kosong

Teknik kursi kosong dalam konseling merupakan teknik yang paling populer dengan hasil eksperimen terbaik yang pernah dilakukan dalam pendekatan Gestalt dan dikembangkan oleh Frederick Fritz Pearls. Teknik kursi kosong dalam konseling digunakan untuk membantu konseli dalam mengatasi konflik interpersonal dan konflik intrapersonal. Terdapat dua jenis dialog berbeda yang dilakukan dalam penerapan teknik kursi kosong. Klien atau konseli diinstruksikan untuk memerankan "top dog" dan "under dog". Pada satu bagian dari sesi pelaksanaan konseling yang dilakukan, klien atau konseli diminta untuk duduk di satu kursi dan berperan sebagai "top dog". Setelah itu berpindah ke kursi lain dan berperan sebagai "under dog". Dialog dilakukan secara berkesinambungan sehingga klien atau konseli dapat merasakan konflik yang sedang dia alami secara penuh dan langsung serta tidak lagi melakukan introyeksi. Teknik kursi kosong dalam konseling diperuntukkan bagi individu yang memiliki konflik dengan orang lain yang tidak hadir dalam proses konseling. Teknik kursi kosong dalam konseling bertujuan untuk menyelesaikan unfinished busines dengan orang lain. Dalam pelaksanaannya, klien atau konseli berbicara dengan orang lain yang berkonflik seolah-olah orang tersebut hadir di kursi kosong yang telah disediakan. Menurut pendekatan Gestalt, teknik kursi kosong jauh lebih efektif dibandingkan dengan hanya menceritakan masalah yang dialami individu tersebut kepada konselor. Pada dasarnya teknik kursi kosong dalam konseling merupakan teknik permainan peran dimana semua bagian dimainkan oleh klien atau konseli sendiri. Resolusi konflik dapat dilakukan dengan cara penerimaan klien atau konseli  dan penggabungan dari dua sisi yang berbeda tersebut. Tujuan teknik kursi kosong dalam konseling ini adalah untuk meningkatkan tingkat pengintegrasian.

Artikel serupa: Teknik reframing

Asumsi Dasar Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Teknik kursi kosong dalam konseling memiliki beberapa asumsi dasar, antara lain adalah sebagai berikut ini:

  • Individu dapat mengatasi masalahnya sendiri dan memiliki kesanggupan untuk memikul tanggung jawab pribadi
  • Kesadaran dan totsalitas adalah bagian penting dari diri, agar ia mengetahui keseimbangannya kemudian mencari dan menemukan apa yang diperlukan untuk memenuhi totalitas tersebut, individu harus menyadari dirinya sendiri.

Karakteristik Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Karakteristik teknik kursi kosong dalam konseling diantaranya adalah sebagai berikut ini:

  • Fokus pada permintaan dialog klien atau konseli
  • Menekankan pada kesadaran disini dan sekarang (now and here awareness). 
  • Orientasi pada efektif dan tindakan
  • Digunakan untuk menyelesaikan unfinished business
  • Menuntut keaktifan klien atau konseli dalam mengekspresikan perasaannya
  • Klien atau konseli bisa bertukar peran sebagai diri sendiri dan orang lain
  • Terfokus pada pertentangan antara top dog dan under dog
  • Permainan diperankan dalam top dog yang mirip dengan pihak yang berkuasa, otoriter, moralistik, menuntut, berlaku sebagai majikan, dan manipulatif
  • Permainan diperankan dalam under dog yang mirip pihak yang lemah, defensif, membela diri, tak berdaya, dan tidak memiliki kuasa
  • Pemusatan pada tanggung jawab klien atau konseli
  • Berusaha untuk meningkatkan kesadaran individu secara penuh dengan mengajak individu mengalami kembali apa yang sebelumnya diingkari

Tujuan Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Tujuan dari teknik kosong dalam konseling menurut Flanagan (2004: 162) adalah untuk membantu klien atau konseli keluar dari dalam permainan "penyiksaan diei. Yang dimaksud keluar dari penyiksaan diri adalah menyelesaikan konflik yang ada pada pribadi individu yang mengganggu totalitas kepribadiannya. Konflik yang terjadi pada individu merupakan unfinished business. Dengan membawa unfinished business kedalam situasi " disini dan sekarang", teknik kursi kosong dalam konseling memberi kesempatan pada individu untuk bergerak menuju resolusi dan untuk menyelesaikan unfinished business. Secara lebih rinci tujuan dari teknik kosong dalam konseling adalah sebagai berikut ini:

  • Untuk mengakhiri konflik-konflik dengan jalamn memutuskan urusan-urusan yang tidak selesai yang berasal dari masa lalu klien atau konseli
  • Sebagai alat untuk membantu klien atau konseli agar mampu memperoleh kesadaran yang lebih penuh dalam menginternalisasikan konflik yang ada pada dirinya
  • Klien atau konseli menjadi sadar akan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukan itu, serta bagaimana mereka mengubah diri dan pada waktu yang sama untuk belajar menerima dan menghargai diri mereka sendiri
  • Agar terjadi katarsis dalam diri klien atau konseli
  • Sebagai upaya mengungkapkan perasaan yang terpendam
  • Memperlancar komunikasi
  • Membantu klien atau konseli mengenali introyeksi-introyeksi parental yang tidak menyenangkan bagi klien atau konseli, yang sebelumnya mungkin diabaikan, tidak disadari sepenuhnya, dan tidak dianggap ada
  • Membantu klien atau konseli mencapai kesadaran yang lebih penuh dan menginternalisasi konflik yang ada pada dirinya
  • Digunakan untuk mencegah klien atau konseli memisahkan perasaannya, dengan cara membantu klien atau konseli menyadari bahwa perasaan adalah bagian dari diri yang sangat nyata
  • Mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek yang coba dibuang atau diingkari
  • Klien atau konseli bisa bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari apa yang dia kerjakan setelah sesi konseling
Teknik kontrak perilaku
Teknik desensitisasi sistematis

Relevansi Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Relevansi teknik kursi kosong dalam konseling sesuai digunakan untuk mengatasi hal-hal sebagai berikut ini:

  • Unfinished business (urusan-urusan yang belum terselesaikan)
  • Mengatasi konflik terkait dengan hubungan sosial
  • Berhubungan dengan perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan

Teknik kursi kosong dalam konseling dilakukan dengan cara klien atau konseli dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya:

  • Kecenderungan orang tua melawan kecenderungan anak
  • Kecenderungan "anak baik" lawan kecenderungan "anak bodoh"
  • Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh
  • Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung
  • Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah

Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut padnangan Gestalt pada akhirnya klien atau konseli akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi dimana ia berani mengambil resiko.

Prinsip Dasar Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Beberapa prinsip dasar teknik kursi kosong dalam konseling antara lain adalah sebagai berikut ini:

  • Keseluruhan peran dimainkan oleh klien atau konseli sendiri (top dog dan under dog)
  • Teknik kursi kosong dalam konseling biasanya digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflik internal dan untuk menyelesaikan faktor-faktor internal tersebut, seperti: kurang percaya diri mengakibatkan rasa tertekan dan minder
  • Perhatian terfokus pada pemisahan fungsi kepribadian dari individu antara top dog dan under dog.

Manfaat Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Manfaat teknik kursi kosong dalam konseling antara lain adalah sebagai berikut ini:

  • Membantu klien atau konseli agar mengerti dan menyadari pengalaman-pengalaman maupun perasaan dari sisi dirinya yang semula diingkari
  • Menyelesaikan introyeksi-introyeksi yang tertunda
  • Menyelesaikan unfinished business
  • Memberikan kesempatan pada klien atau konseli untuk menyatakan perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, dan sikap-sikap yang sebenarnya ingin diungkapkan
  • Membantu klien atau konseli mengungkapkan perasaan-perasaan yang bertentangan dengan dirinya secara penuh.

Prosedur Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Teknik kursi kosong dalam konseling melibatkan klien atau konseli untuk mengimajinasikan orang lain seolah-olah duduk di kursi kosong yang telah disiapkan. Klien atau konseli duduk berhadapan dengan kursi kosong, klien atau konseli berperan sebagai dirinya sendiri dan berperan sebagai orang lain yang dia bayangkan.

Greenberg dan Malcolm (dalam Thompson, 2004: 192) menjelaskan empat langkah dalam menggunakan teknik kursi kosong yaitu:

  1. Klien atau konseli mengidentifikasi orang yang menjadi sumber unfinished business
  2. Klien atau konseli merespon dengan cara yang sama seperti orang yang menjadi sumber unfinished business merespon
  3. Dialog dilakukan sampai klien atau konseli menemukan resolusi penyelesaian unfinished business
  4. Melakukan evaluasi

Secara lebih rinci, langkah dalam menggunakan teknik kursi kosong dalam konseling adalah sebagai berikut ini:

  1. Klien atau konseli diminta untuk mengidentifikasi akan kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya
  2. Konselor memberitahukan bagaimana aturan main dari teknik kursi kosong ini
  3. Klien atau konseli diminta agar dia bisa menghadapkan suatu situasi, dimana dan kapan ia harus berperan sebagai top dog dan kapan ia harus memainkan peran sebagai under dog
  4. Saat klien atau konseli memainkan peran dalam teknik kursi kosong, klien atau konseli diminta agar benar-benar memainkan perannya sesuai dengan kondisi sebenarnya (serius). Contoh saat ia senang ia harus dapat mengungkapkan kegembiraannya tersebut begitu sebaliknya saat sedang sedih ia juga harus mampu mengungkapkannya. Dan saat ia sedang marah ia juga harus dapat mengungkapkannya dengan sungguh-sungguh
  5. Setelah permainan peran dalam teknik kursi kosong berakhir, klien atau konseli diminta untuk mendiagnosis akan perasaan-perasaan yang dialaminya
  6. Mengevaluasi seberapa efektif akan keberhasilan dalam pengungkapan perasaan klien atau konseli.

Kelebihan dan Kelemahan Teknik Kursi Kosong Dalam Konseling

Terdapat kelebihan dan kelemahan dari teknik kursi kosong dalam konseling

1. Kelebihan teknik kursi kosong dalam konseling

Kelebihan dapam penggunaan teknik kursi kosong dalam konseling antara lain adalah:

  • Klien berperan aktif dalam konseling sebagai top dog dan under dog
  • Dapat memotivasi klien atau konseli untuk berubah menjadi lebih baik
  • Dapat digunakan untuk membantu klien atau konseli yang mengalami konflik-konflik internal yang hebat. Misal: rasa kurang percaya diri, tertekan oleh keadaan lingkungan kerja.

2. Kelemahan teknik kursi kosong dalam konseling

Terdapat beberapa kelemahan dari teknik kursi kosong dalam konseling, diantaranya adalah:

  • Tidak semua klien atau konseli mampu memerankan peran menjadi orang lain
  • Klien atau konseli sering kali tidak jujur terhadap perasaannya sendiri sehingga menghambat penggunaan teknik ini
  • Ketidaksiapan klien atau konseli untuk mengekspresikan sikap, perasaan, dan pikirannya secara terbuka
  • Lemahnya konsentrasi
  • Minimnya kemampuan konselor yang berperan sebagai frustator

Kesimpulan

Pelaksanaan teknik kursi kosong dalam konseling terdapat dua jenis dialog yang berbeda. Klien atau konseli diinstruksikan untuk memerankan "top dog" dan "under dog". Pada satu bagian dari sesi konseling yang dilakukan, konseli diminta untuk duduk di satu kursi dan berperan sebagai "top dog". Teknik kursi kosong  dalam konseling bertujuan untuk menyelesaikan unfinished business dengan orang lain. Serta untuk membantu klien atau konseli keluar dari permainan "penyiksaan diri". Yang dimaksud keluar dari penyiksaan diri adalah meyelesaikan konflik yang ada pada pribadi individu yang mengganggu totalitas kepribadiannya.

Referensi

  1. Fauzan, Lutfi. 1994. Konseling Individual. Malang: Elang Mas
  2. Flanagan, John Sommers and Rita Sommers Flanagan. 2004. Counseling and Psychotherapy Theories in Context and Practice. (Skills, STrategies, and Techniques). New Jersey: John Wiley & Sons, inc.
  3. Thompson, C. L., Rudolph, L.B., Henderson, D. 2004. Counseling Children. The USA: Brooks/Cole

LihatTutupKomentar

Followers