-->

Teknik Modeling Dalam Konseling

Teknik Modeling Dalam Konseling

Teknik modeling dalam konseling

Teknik modeling dalam konseling merupakan suatu cara belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, yang melibatkan proses kognitif. Teknik Modeling sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai bagian dari individu yang mengobservasi model yang ditampilkan.

Teknik modeling dalam konseling, konselor menunjukkan kepada klien atau konseli tentang perilaku model, bisa menggunakan model simbolis atau gabungan antara model langsung dengan model simbolis yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Model hidup/langsung dapat dilakukan oleh konselor, guru, teman sebaya atau pihak lain. Konselor dapat menjadi model langsung dengan mendemonstrasikan tingkah laku yang dikehendaki. Sedangkan model simbolis dapat berupa film, video, buku pedoman, dll. Terdapat juga teknik modeling dengan cara mengimajinasikan seseorang melakukan suatu perilaku tujuan yang dinamakan dengan modeling terselubung. Untuk memenuhi tujuan disusun langkah-langkah yang akan diperagakan oleh model baik secara langsung maupun melalui media. ketrampilan yang diajarkan dapat berupa ketrampilan tunggal atau ketrampilan kombinasi. Ketrampilan tunggal hanya memuat satu ketrampilan dasar saja. Sedangkan ketrampilan kombinasi adalah mengenai aplikasi ketrampilan dasar untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

Relevansi Teknik Modeling Dalam Konseling

Relevansi teknik modeling dalam konseling dapat diterapkan pada klien atau konseli yang mengalami gangguan reaksi emosional atau pengendalian diri, kurang terampil dalam kecakapan sosial, ketrampilan wawancara pekerjaan, fobia, ketergantungan alkohol atau obat-obatan terlarang, hambatan dalam pergaulan, dan lain-lain. Teknik modeling dalam konseling juga sesuai diterapkan pada klien atau konseli yang mempunyai kesulitan untuk belajar tanpa contoh, sehingga dirinya memerlukan contoh atau model yang konkret untuk dilihat atau diamati sebagai pembelajaran pembentukan tingkah laku konseli.

Artikel serupa: Teknik asertif training dalam konseling

Teknik kursi kosong

Prinsip Dasar Teknik Modeling Dalam Konseling

Prinsip dasar teknik modeling dalam konseling harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ini:

  1. Belajar dapat diperoleh secara tidak langsung dengan cara mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya.
  2. Pemberian pengalaman belajar sebagai bentuk penghapusan hasil belajar yang mal-suai
  3. Model diposisikan sebagai stimulus terjadinya perubahan pikiran, sikap, dan perilaku bagi klien atau konseli
  4. Individu atau konseli mengamati tingkah laku model kemudian diperkuat dengan mencontohnya
  5. Status dan posisi model sangat berarti, karena keberhasilan teknik modeling dalam konseling tergantung pada persepsi konseli terhadap model yang diamati
  6. Adegan yang lebih dari satu dapat menggambarkan situasi-situasi  yang berbeda sebagai penegasan dari perilaku yang diinginkan

Tujuan Teknik Modeling Dalam Konseling

Tujuan teknik modeling dalam konseling adalah untuk membentuk tingkah laku baru pada klien atau konseli. Teknik modeling dalam konseling dilakukan agar klien atau konseli dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor. Menurut Willis (2004: 78) perilaku model digunakan untuk: (1) membentuk perilaku baru pada klien, (2) memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.

  1. Tujuan teknik modeling dalam konseling lainnya adalah:
  2. Membantu konseli untuk merespon hal-hal yang baru
  3. Mengurangi respon-respon yang tidak sesuai
  4. Untuk memperoleh tingkah laku sosial yang lebih adaptif

Manfaat Teknik Modeling Dalam Konseling

Menurut Corey (2007: 222) menyatakan bahwa kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki oleh seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat yang menakuitkan dengan tindakan yang dilakukan olehnya. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa teknik modeling dalam konseling sangat berguna untuk membentuk perilaku-perilaku baru bagi klien atau konseli dengan cara mengamati dan mencontoh tindakan orang lain sebagai modelnya.

Sedangkan manfaat modeling menurut Bandura (dalam Gunarsa, 2007: 221) adalah sebagai berikut:

  1. Pengambilan respon atau ketrampilan baru dan diperlihatkan dalam perilakunya setelah memadukan apa yang diperoleh dari pengamatannya dengan pola perilaku baru.
  2. Hilangnya respon takut setelah melihat model melakukan sesuatu hal yang selama ini menimbulkan rasa takut oleh individu.
  3. Pengambilan suatu respon dari respon-respon yang diperlihatkan oleh tokoh yang memberikan jalan untuk ditiru

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa manfaat teknik modeling dalam konseling adalah:

  1. Diperolehnya respon atau ketrampilan baru. Akibat dari belajar dengan menggunakan teknik modeling adalah adanya pengintegrasian pola perilaku baru yang didasarkan dengan cara mengamati model. Contohnya adalah belajar ketrampilan sosial, latihan berbicara pada anak-anak disabilitas, belajar ketrampilan dalam olah raga, dll
  2. Mencegah datangnya perilaku yang tidak diinginkan 
  3. Untuk meningkatkan perilaku positif yang telah dimiliki sebelumnya

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Teknik Modeling

Ada banyak hal yang akan mempengaruhi teknik modeling dalam konseling. Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik modeling antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Tujuan perilaku, jika terlalu kompleks maka tujuan dibagi kedalam bagian-bagian yang lebih kecil
  2. Pembuatan hierarki sub-skills yang ingin dicapai
  3. Memilih model (kredibel dan relevan)
  4. Instruksi diberikan sebelum model mendemonstrasikan perilaku tertentu
  5. Pada masing-masing sub-skills boleh dilakukan repetisi (penanggulangan) jika diperlukan
  6. Pengembangan motivasi klien atau konseli

Jenis Modeling

Cormier & Cormier (dalam Abimanyu, 1996: 257) mengemukakan terdapat enam jenis modeling yaitu:

  1. Modeling langsung
  2. Modeling simbolis
  3. Diri sendiri sebagai model
  4. Modeling partisipan
  5. Modeling tertutup
  6. dan modeling kognitif

Sedangkan Corey (1995: 427) mengklasifikasikan teknik modeling menjadi tiga jenis yaitu modeling langsung, modeling simbolis, dan gabungan antara keduanya atau model ganda. Berikut ini adalah penjelasan mengenai tiga jenis teknik modeling tersebut:

1. Modeling langsung

Modeling langsung merupakan cara atau prosedur yang dilakukan dengan menggunakan model langsung seperti konselor, guru, teman sebaya maupun pihak lain dengan cara mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki atau hendaknya dimiliki oleh klien atau konseli. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan teknik modeling dalam konseling adalah menekankan kepada klien atau konseli bahwa dirinya dapat mengadaptasi perilaku yang ditampilkan oleh model sesuai dengan gayanya sendiri. Konselor juga harus menekankan bagian-bagian penting dari perilaku yang ditampilkan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam modeling langsung adalah sebagai berikut ini:

  • Meminta klien atau konseli untuk mendemonstrasikan suatu perilaku tujuan sebelum perilaku tersebut didemonstrasikan oleh orang lain (model)
  • Memilih model yang paling relevan untuk mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki klien atau konseli
  • Mendemonstrasikan perilaku dalam suatu urutan skenario
  • Klien atau konseli menyimpulkan hasil pengamatan terhadap perilaku yang didemonstrasikan 
  • Klien atau konseli mendemonstrasikan perilaku yang telah dirinya amati
  • Konselor memberikan umpan balik yang berupa komentar, saran, pujian segera setelah perilaku didemonstrasikan.

2. Modeling simbolis

Modeling simbolis merupakan cara atau prosedur yang dilakukan dengan menggunakan media seperti film, video, buku pedoman, dan lainnya dengan cara mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki untuk dimiliki klien atau konseli. Modeling simbolis ini dikembangkan untuk perorangan maupun kelompok.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur modeling simbolis sebagai berikut:

  • Karakteristik klien atau konseli. Yang harus diperhatikan berhubungan dengan umur, jenis kelamin, budaya, latar belakang, dll. Karakteristik model simbolis hendaknya sama dengan yang dimiliki klien atau konseli.
  • Spesifikasi tingkah laku yang menjadi tujuan. Tingkah laku atau keterampilan yang diperagakan hendaknya spesifik dan sesuai dengan tujuan. Setelah klien atau konseli melihat model simbolis, klien atau konseli diminta untuk berlatih, lalu konselor memberikan umpan balik dan menyimpulkan.
  • Memastikan model simbolis yang digunakan sesuai dengan kebutuhan klien atau konseli

3. Modeling ganda (multiple models)

Relevansi digunakan dalam situasi kelompok. Klien atau konseli dapat mengubah perilaku melalui pengamatan terhadap beberapa model. Keuntungan dari model ganda adalah bahwa dari beberapa alternatif yang ada, klien atau konseli belajar cara berperilaku, oleh karena mereka melihat beraneka ragam gaya perilaku yang tepat dan berhasil.

Prosedur Teknik Modeling Dalam Konseling

Prosedur teknik modeling menurut Latipun (200: 144) yakni dalam hal ini konselor menunjukkan pada klien atau konseli tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh akan diberi ganjaran oleh konselor. Sementara menurut Hendrarno, dkk (2003: 118) menyatakan bahwa dalam percontohan, individu mengamati seorang model dan diperkuat untuk mencontoh tingkah laku seorang model.

Bandura berpendapat bahwa teori belajar pengkondisian operan dari Skinner yang menekankan pada efek konsekuensi perilaku dan tidak memandang pentingnya modeling yaitu meniru perilaku orang lain dan pengalaman yang dialami oleh orang lain, atau meniru keberhasilan atau kegagalan dari orang lain. Bandura mengembangkan empat tahap belajar melalui modeling  yaitu sebagai berikut ini:

1. Tahap perhatian

Pada tahap perhatian individu memperhatikan model, mengamati dan mengingat bagaimana cara orang lain berfikir dan bertindak

2. Tahap retensi

Pada tahap retensi individu memilih informasi yang masuk, mengingat secara imajiner dan memberi kesempatan kepada klien atau konseli untuk mempraktikkan dan meniru perilaku yang ditampilkan

3. Tahap reproduksi

Pada tahap reproduksi individu melakukan kembali perilaku yang ditampilkan tetapi dengan adanya modifikasi, menyesuaikan diri dengan perilaku model, dan tahap kreatif (tahap mengimajinasikan)

4. Tahap motivasional

Tahap menirukan model karena merasakan bahwa melakukan pekerjaan yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh penguatan dan melakukan modifikasi terhadap perilaku yang diamati

Secara umum mekanisme pelaksanaan teknik modeling dalam konseling yakni konselor menunjukkan kepada klien atau konseli tentang perilaku model. Dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Jika klien atau konseli mampu menirukan gerakan-gerakan yang yang ditunjukkan oleh model, maka sebaiknya konselor segera memberikan penguatan positif pada klien atau konseli, agar konseli semakin sering melakukan perilaku tersebut.

Secara khusus prosedur teknik modeling dalam konseling meliputi hal-hal sebagai berikut ini:

  1. Menentukan perilaku tujuan
  2. Menentukan jenis modeling yang akan digunakan
  3. Meminta pada klien atau konseli untuk memperhatikan apa yang harus dia pelajari sebelum modeling dilakukan
  4. Konselor menunjukkan pada klien atau konseli mengenai perilaku model, menggunakan model yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh
  5. Konselor meminta klien atau konseli untuk mengamati model tersebut dan memintanya untuk menyimpulkan tentang apa yang dirinya lihat dari hasil demonstrasi model tersebut
  6. Setelah model selesai diperagakan, konselor bisa meminta klien atau konseli untuk memperagakan perilaku yang dilakukan model, dan konselor selalu memberikan penguatan pada klien atau konseli terhadap usahanya dalam menirukan model tersebut
  7. Melakukan evaluasi dan penugasan

Kelebihan dan Kelemahan Teknik Modeling Dalam Konseling

1. Kelebihan teknik modeling dalam konseling

Kelebihan teknik modeling dalam konseling antara lain adalah sebagai berikut ini:

  1. Dengan teknik modeling dalam konseling, klien atau konseli belajar mengembangkan perilaku, pemecahan masalah yang diperlukan dalam kehidupan
  2. Teknik modeling dalam konseling tidak membutuhkan peralatan yang mahal
  3. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien karena belajar dimulai dari mengobservasi, bukan langsung dengan cara trial and error (coba-coba)
  4. Klien atau konseli berfikir untuk dapat mengatur perilaku mereka
  5. Tidak sulit untuk dipelajari dan dipraktikkan

2. Kelemahan teknik modeling dalam konseling

Kelemahan teknik modeling dalam konseling antara lain adalah sebagai berikut ini:

  1. Sulit untuk diterapkan pada individu yang kurang kreatif
  2. Klien atau konseli bisa merasakan jenuh atau bosan
  3. Tidak selalu mudah untuk mendapatkan model yang relevasn dan kredibel

Kesimpulan

Teknik modeling dalam konseling merupakan proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seseorang individu atau kelompok, sebagai model berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan.

Artikel serupa: teknik desensitisasi sistematis dalam konseling

Referensi

  1. Abimanyu, Soli. & M. Thayeb Manrihu. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Depdikbud Dikti P2TA
  2. Corey, Gerald. 1995. Theory And Practice Of Counseling ANd Psychotherapy. Belmont: Thompson Brooks-Cole
  3. Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling  dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama
  4. Gunarsa, SInggih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
  5. Hendrarno, Eddy. dkk. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press
  6. Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang
  7. Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual: Teori dan praktek. Bandung: Alfabeta

LihatTutupKomentar

Followers