-->

Mengatasi Stres dan Menjadi Orang Yang Lebih Tangguh

Mengatasi Stres dan Menjadi Orang Yang Lebih Tangguh

Mengatasi Stres

Memiliki ketahanan emosional bagi sebagian orang adalah bawaan sejak lahir, tetapi menjadi orang yang lebih tangguh dapat (dan harus) dipelajari dan dikembangkan. Jika seseorang ingin dapat menangani tantangan hidup (baik besar maupun kecil) dengan lebih mudah, tumbuh dari kesulitan, dan mengubah peristiwa yang berpotensi negatif menjadi positif, langkah-langkah berikut dapat membantu seseorang menjadi lebih tangguh dan tahan terhadap stres.

Mengembangkan Sikap yang Benar

Orang yang tangguh cenderung memandang kesulitan hidup sebagai tantangan dan meresponsnya dengan tindakan, bukan dengan rasa takut, mengasihani diri sendiri, menyalahkan atau "mentalitas korban".

Sementara hidup bisa sangat menantang, langkah penting untuk menjadi lebih tangguh adalah mengembangkan self-talk positif dan mengingatkan diri sendiri bahwa seseorang adalah kuat dan dapat tumbuh lebih kuat dan lebih bijaksana saat dirinya menangani tantangan hidup.

Menyadari Kemampuan Diri Sendiri

Bagian dari ketahanan adalah kesadaran emosional; penting untuk memahami apa yang seseorang rasakan dan hal yang terjadi. Kadang-kadang orang akan merasa kewalahan dengan emosi yang mereka alami, dan hal ini cukup menakutkan dan terkadang bisa melumpuhkan mereka.

Mengetahui mengapa seseorang merasa kesal dapat memberikan informasi berharga tentang apa yang perlu diubah dalam hidup seseorang. Penting juga untuk melakukan penelitian tentang bagaimana menghadapi tantangan yang seseorang hadapi. Memiliki jurnal dapat membantu seseorang untuk menjelajahi dunia batin bagi seseorang dan menghasilkan rencana tindakan.

Mengembangkan Locus of Control Internal

Orang yang tangguh percaya bahwa mereka mengendalikan hidup mereka, dan itu benar: sementara kita tidak dapat mengendalikan keadaan kita, kita dapat mengontrol bagaimana kita menanggapi keadaan itu, dan itu membuat perbedaan besar dalam sikap kita dan dalam perjalanan kita. Untungnya, seseorang dapat mengembangkan locus of control internal.

Tanamkan Optimisme

Menjadi seorang yang tangguh dan optimis lebih dari sekadar melihat sisi baiknya (meskipun itu membantu). Ini adalah cara seseorang dalam melihat dunia di mana seseorang dapat memaksimalkan kekuatan dan pencapaian dirinya dan meminimalkan kelemahan dan kemunduran dirinya sendiri. Mengembangkan pandangan dunia yang lebih optimis dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih tangguh.

Pertahankan Selera Humor

Jika seeorang dapat menertawakan frustrasi hidup, seseorang dapat meningkatkan kekebalan, jika seseorang mau, dirinya dapat bertahan terhadap stres dan kesulitan. Mereka yang memiliki selera humor tentang kehidupan cenderung mengalami hidup yang tidak terlalu membuat stres, mampu menjalin ikatan dengan orang lain selama masa-masa sulit, dan mengalami banyak manfaat tertawa .

Jika seeorang dapat mengambil langkah mundur dari situasi sulit cukup lama untuk mempertahankan selera humor pada dirinya, dan juga akan lebih tangguh.

Jangan Menyerah

Sementara banyak orang mengetahui strategi koping yang dapat membantu mengatasi stres, seperti program diet dan olahraga, individu yang paling sukses adalah mereka yang mempertahankan upaya untuk jangka panjang. Jangan menyerah pada situasi stres; jangan berhenti bekerja untuk melewatinya. Percayai prosesnya.

Referensi

  1. Bonanno GA, Galea S, Bucciarelli A, Vlahov D. What Predicts Psychological Resilience after Disaster? The Role of Demographics, Resources, and Life Stress. Journal of Consulting and Clinical Psychology. October 2007.
  2. Southwick SM, Vythilingam M, Charney DS. The Psychobiology of Depression and Resilience to Stress. Annual Review of Clinical Psychology. 2005.
  3. Bonanno GA, Galea S, Bucciarelli A, Vlahov D. What Predicts Psychological Resilience after Disaster? The Role of Demographics, Resources, and Life Stress. Journal of Consulting and Clinical Psychology. October 2007.
  4. Southwick SM, Vythilingam M, Charney DS. The Psychobiology of Depression and Resilience to Stress. Annual Review of Clinical Psychology. 2005.

LihatTutupKomentar

Followers