-->

Empati

Empati

empati
empati

Empati adalah kemampuan untuk memahami secara emosional apa yang sedang dirasakan oleh orang lain, melihat sesuatu dari sudut pandang mereka, dan membayangkan diri sendiri berada di posisi mereka. Pada dasarnya, itu adalah menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang seharusnya mereka rasakan.

Ketika seseorang memiliki empati, ketika dia melihat orang lain menderita, seseorang itu mungkin dapat langsung membayangkan dirinya berada di tempat orang lain dan merasakan simpati atas apa yang mereka alami.

Sementara orang pada umumnya cukup terbiasa dengan perasaan dan emosi mereka sendiri, masuk ke pemikiran orang lain bisa sedikit lebih sulit. Kemampuan untuk merasakan empati memungkinkan orang untuk "berjalan satu arah dengan jalan orang lain," sehingga bisa merasakan pemikiran dan perasaannya. Hal ini memungkinkan orang untuk memahami emosi yang dirasakan oleh orang lain.

Bagi banyak orang, melihat orang lain kesakitan, kebanyakan menanggapi dengan ketidakpedulian. Tetapi fakta bahwa beberapa orang memang merespons sedemikian rupa dengan jelas menunjukkan bahwa empati belum tentu merupakan respons universal terhadap penderitaan orang lain.

Tanda Empati

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seseorang cenderung menjadi orang yang berempati:

  • Seseorang yang benar-benar bisa mendengarkan apa yang orang lain ceritakan.
  • Orang yang pandai memahami perasaan orang lain.
  • Orang yang sering memikirkan bagaimana perasaan orang lain.
  • Orang pandai dalam memberi nasehat
  • Orang yang mencoba membantu orang lain yang menderita.
  • Orang yang sangat peduli dengan orang lain.

Memiliki sikap empati maka seseorang akan ikut memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Namun,  kadang-kadang itu bisa menjadi hal buruk atau bisa kewalahan, kelelahan, atau bahkan terlalu bersemangat karena selalu memikirkan emosi orang lain.

Jenis-jenis Empati

Ada berbagai jenis empati yang mungkin dialami seseorang:

  • Empati afektif melibatkan kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan merespon dengan tindakan yang tepat. Pemahaman emosional seperti itu dapat menyebabkan seseorang merasa prihatin dengan kesejahteraan orang lain, atau dapat menyebabkan perasaan tertekan secara pribadi.
  • Empati somatik melibatkan semacam reaksi fisik dalam menanggapi apa yang dialami orang lain. Orang terkadang secara fisik mengalami apa yang orang lain rasakan. Ketika seseorang melihat orang lain merasa malu, misalnya, seseorang mungkin mulai memerah atau sakit perut.
  • Empati kognitif melibatkan kemampuan untuk memahami keadaan mental orang lain dan apa yang mungkin mereka pikirkan sebagai respons terhadap situasi tersebut. Hal ini terkait dengan apa yang oleh para konselor sebut sebagai theory of mind, atau pemikiran tentang apa yang orang lain pikirkan.

Faktor Empati

Tidak semua orang mengalami empati dalam setiap situasi. Beberapa orang mungkin secara umum berempati secara alami, tetapi orang juga cenderung merasa lebih berempati terhadap beberapa orang dan terkadang kurang berempati terhadap orang lain.

Beberapa faktor yang berperan dalam sikap empati meliputi:

  • Bagaimana orang memandang orang lain
  • Bagaimana orang mengaitkan perilaku individu lain
  • Apa yang orang salahkan atas kesulitan orang lain
  • Pengalaman dan harapan masa lalu

Pada tingkat paling dasar, terdapat dua faktor utama yang berkontribusi pada kemampuan untuk mengalami empati: genetika dan sosialisasi. Pada dasarnya, ini bermuara pada kontribusi relatif lama dari alam dan pengasuhan .

Orang tua mewariskan gen yang berkontribusi pada kepribadian secara keseluruhan, termasuk kecenderungan simpati, empati, dan kasih sayang. Di sisi lain, orang juga disosialisasikan oleh orang tua, teman sebaya, komunitas, dan masyarakat. Bagaimana orang memperlakukan orang lain serta bagaimana perasaan mereka tentang orang lain seringkali merupakan cerminan dari keyakinan dan nilai-nilai yang ditanamkan pada usia yang sangat muda.

Hambatan Empati

Beberapa alasan mengapa orang terkadang kurang empati termasuk bias kognitif, dehumanisasi, dan menyalahkan korban.

Bias Kognitif

Terkadang cara orang memandang dunia di sekitar mereka dipengaruhi oleh sejumlah bias kognitif. Misalnya, orang sering mengaitkan kegagalan orang lain dengan karakteristik internal, sambil menyalahkan kekurangan mereka sendiri pada faktor eksternal.

Bias ini dapat mempersulit untuk melihat semua faktor yang berkontribusi pada suatu situasi dan membuat kecil kemungkinan orang akan dapat melihat suatu situasi dari perspektif orang lain.

Dehumanisasi

Banyak juga yang menjadi korban jebakan pemikiran bahwa orang yang berbeda dari mereka juga tidak merasakan dan berperilaku sama seperti mereka. Ini sangat umum dalam kasus-kasus ketika orang lain secara fisik jauh.

Misalnya, ketika mereka menonton laporan tentang bencana atau konflik di negeri asing, orang mungkin kurang merasakan empati jika mereka berpikir bahwa mereka yang menderita pada dasarnya berbeda dari diri mereka sendiri.

Menyalahan Korban

Terkadang ketika orang lain mengalami pengalaman yang mengerikan, orang membuat kesalahan dengan menyalahkan korban atas keadaan mereka. Inilah alasan mengapa korban kejahatan sering ditanya apa yang mungkin mereka lakukan secara berbeda untuk mencegah kejahatan.

Kecenderungan ini berasal dari kebutuhan untuk percaya bahwa dunia adalah tempat yang tidak adil. Orang ingin percaya bahwa orang mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan dan kepercayaan pantas mendapatkan apa yang mereka dapatkan itu membodohi mereka dengan berpikir bahwa hal-hal mengerikan seperti itu tidak akan pernah terjadi pada mereka.

Melatih Empati

Empati adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan perkuat. Jika seseorang ingin membangun keterampilan empati, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Berusaha mendengarkan orang tanpa menyela
  • Perhatikan bahasa tubuh dan jenis komunikasi nonverbal lainnya
  • Cobalah untuk memahami orang, bahkan ketika tidak setuju dengan mereka
  • Mengajukan pertanyaan kepada orang-orang untuk mempelajari lebih lanjut tentang mereka dan kehidupan mereka
  • Bayangkan diri sendiri berada dalam posisi orang lain

Sementara empati terkadang sulit dilakukan, kebanyakan orang mampu berempati dengan orang lain dalam berbagai situasi. Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan bersimpati dengan emosi orang lain memainkan peran penting dalam kehidupan sosial kita. Empati memungkinkan kita untuk memahami orang lain dan, cukup sering, memaksa kita untuk mengambil tindakan untuk meringankan penderitaan orang lain.

Referensi

  1. Reblin M, Uchino BN. Social and emotional support and its implication for health. Curr Opin Psychiatry. 2008;21(2):201‐205. doi:10.1097/YCO.0b013e3282f3ad89
  2. Kret ME, De Gelder B. A review on sex difference in processing emotional signals. Neuropsychologia. 2012; 50(7):1211-1221. doi:10.1016/j.neuropsychologia.2011.12.022
  3. Decety, J. Dissecting the neural mechanisms mediating empathy. Emotion Review. 2011; 3(1): 92-108. doi:10.1177/1754073910374662
  4. Shamay-Tsoory SG, Aharon-Peretz J, Perry D. Two systems for empathy: A double dissociation between emotional and cognitive empathy in inferior frontal gyrus versus ventromedial prefrontal lesions. Brain. 2009;132(PT3): 617-627. doi:10.1093/brain/awn279
  5. Hillis, AE. Inability to empathize: Brain lesions that disrupt sharing and understanding another's emotions. Brain. 2014;137(4):981-997. doi:10.1093/brain/awt317
LihatTutupKomentar

Followers