-->

SISTEM DAN BIDANG KOMUNIKASI

SISTEM DAN BIDANG KOMUNIKASI

Sistem Komunikasi
Sistem Komunikasi

Sistem dan Bidang Komunikasi Antar Pribadi

A. Sistem Komunikasi 

1. Social Responsibility System

Sistem komunikasi yang berdasar tanggung jawab sosial (social responsibility system) muncul pada abad ke-20 sebagai modifikasi terhadap sistem libertarian. Teori ini diperkenalkan oleh Theodore Peterson dalam buku Four Theory of The Press. Menurut Peterson, kebebasan dan kewajiban bertanggung selalu berdampingan. Pers bebas dalam negara penganut demokrasi memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Pada dasarnya fungsi pers di bawah teori tanggung jawab sosial sama dengan fungsi pers dalam teori libertarian, yaitu:

  • Melayani sistem politik dengan menyediakan informasi, diskusi dan perdebatan tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
  • Memberi penerangan kepada masyarakat sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat mengatur dirinya sendiri.
  • Menjadi penjaga hak-hak perorangan dengan bertindak sebagai anjing penjaga (watch dog) yang mengawasi pemerintah.
  • Melayani sistem ekonomi dengan mempertemukan pembeli dan penjual barang atau jasa melalui medium periklanan.
  • Menyediakan hiburan
  • Mengusahakan sendiri biaya finansial sedemikian rupa sehingga bebas dari tekanan-tekanan orang yang mempunyai kepentingan.

Teori tanggung jawab sosial berpegang pada pengetahuan manusia.Dengan rasionya, manusia dapat membedakan mana hal-hal yang bermanfaat, yang baik dan mana yang tidak baik dan tidak bermanfaat dan tidak baik. Jika manusia tersebut bekerja dalam wilayah pers maka ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, sehingga semua pesan-pesan komunikasi dan informasi yang dikeluarkan oleh pers dapat dipertanggungjawabkan dengan sepenuhnya.

Teori tanggung jawab sosial berasal dari inisiatif orang Amerika–Komisi Kebebasan Pers atau the Commission of Freedom of the Press. Pendorong utamanya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa dalam hal-hal tertentu yang penting, pasar bebas telah gagal untuk memenuhi janji akan kebebasan pers dan untuk menyampaikan maslahat yang diharapkan bagi masyarakat. Teori tanggung jawab sosial mempunyai inti pemikiran: siapa yang menikmati kebebasan juga memiliki tanggung jawab tertentu kepada masyarakat. Teori ini muncul karena teori libertarian dinilai terlalu mementingkan kebebasan.

Lalu, apakah teori ini dapat diterapkan di sebuah negara? Menurut Denis McQuail dalam bukunya Mass Communication Theory, teori tanggung jawab sosial dapat diterapkan secara luas, karena ia meliputi beberapa jenis media cetak privat dan lembaga siaran publik, yang dapat dipertanggungjawabkan melalui berbagai bentuk prosedur demokratis pada masyarakat. Landasan utamanya adalah: asumsi bahwa media melakukan fungsi yang esensial dalam masyarakat, khususnya dalam hubungan dengan plitik demokrasi, pandangan bahwa media seyogyanya menerima kewajiban untuk melakukan fungsi itu – terutama dalam lingkup informasi, dan peneyediaan ruang bagi bagi berbagai pandangan yang berbeda, penekanan pada kemandirian media secara maksimum, konsisten dengan kewajibannya kepada masyarakat, penerimaan pandangan bahwa ada standar prestasi tertentu dalam karya media yang dapat dinyatakan dan seyogyanya dipedomani.

Prinsip utama teori tanggungjawab sosial sekarang dapat disajikan sebagai berikut:

  • Media seyogyanya menerima dan memenuhi kewajiban tertentu pada masyarakat.
  • Kewajiban tersebut terutama dipenuhi dengan menetapkan standar yang tinggi atau profesionalitas tentang keinformasian, kebenaran, ketepatan, objektifitas dan keseimbangan.
  • Dalam menerima dan menerapkan kewajiban tersebut, media seyogyanya dapat mengatur diri sendiri di dalam kerangka hukum dan lembaga yang ada.
  • Media seyogyanya menghindari segala sesuatu yang mungkin menimbulkan kejahatan, kerusakan, atau ketidak tertiban umum atau penghinaan terhadap minoritas etnik atau agama.
  • Media secara keseluruhan hendaknya bersifat pluralis dan mencerminkan kebhinekaan masyarakatnya, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk mengungkapkan berbagai sudut pandang dan hak untuk menjawab.
  • Masyarakat dan publik, berdasarkan prinsip yang disebut pertama, memiliki hak untuk mengharapkan standar prestasi yang tinggi dan intervensi dapat dibenarkan untuk mengamankan kepentingan umum.
  • Wartawan dan media profesional seyogyanya bertanggungjwab terhadap masyarakat dan juga kepada pemilik modal serta pasar.

Berbeda pendapat dengan McQuail yang berpendapat bahwa teori tanggung jawab sosial dapat diaplikasikan secara luas,  Soemarno dalam modul Perbandingan Sistem Komunikasi menyatakan, dalam kenyataannya sistem tanggung jawab sosial tidak dapat dipraktekkan dan hanya menjadi teori semata dengan alasan sebagai berikut:

a. Dua Ambang Kecenderungan

Sistem tanggung jawab sosial berada diantara dua sistem komunikasi lainnya, yaitu autoritarian dan libertarian.Manusia menginginkan kebebasan tanpa adanya kekangan dan tekanan dari penguasa karena hal tersebut adalah hambatan untuk mengembangkan cita-cita, ide atau kehendak, sehingga fungsi primer dari suatu sistem tidak mungkin tercapai. Demikian pula dengan pers dan media massa yang tidak menginginkan campur tangan pemerintah yang terlalu jauh.Pers dan pemerintah berada dalam dua posisi yang berbeda karena keduanya memiliki kepentingan yang berbeda. Dalam sistem tanggung jawab sosial, kecenderungan ke arah autoritarian mungkin akan terjadi bila bila penguasa terlalu ketat mengendalikan pers dalam bentuk peraturan dan perundangan dengan sanksi-sanksi hukumnya. Dalam hal ini maka  pers menjadi alat penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Sebaliknya, bila penguasa memberikan kebebasan kepada pers, maka sistem social responsibility hampir menjadi seperti sistem libertarian.

Sistem tanggung jawab sosial terlalu menyerahkan tanggung jawab kepada individu dan lembaga pengelola media massa tanpa memperhatikan nilai-nilai psikologis yang ada pada diri manusia yang tidak lepas dari sifat subyektifnya, yang pada gilirannya sifat ini akan mengait pada lembaga, organisasi tempat individu tersebut berkiprah.

b. Tidak Ada Pola tertentu

Sistem tanggung jawab sosial bersifat universal. Menurut William L.Rivers dalam buku Responsibility in Mass Communication, perbedaan antara sistem tanggung jawab sosial yang dipakai di negara penganut komunis dengan negara penganut paham demokrasi yaitu terletak pada masyarakat dan sistem kepartaian yang dianutnya. Pada negara komunis, tanggung jawab sosial dikondisikan dan dibatasi, sedangkan pada negara demokrasi tanggung jawab sosial diserahkan kepada masyarakat dan tidak pernah rapi. Menurut Rivers, pemerintah tidak perlu ikut campur terlalu jauh dalam mengendalikan kehidupan pers karena akan mengubah sistem menjadi lebih cenderung ke arah autoritarian. Ungkapan ini menunjukkan bahwa tidak ada suatu negara yang menerapkan sistem social responsibility secara utuh, sehingga tidak ada pola yang bisa dijadikan ukuran perbandingan antara sistem ini dengan sistem lainnya.

c. Ajang Rebutan Para penyandang Modal

Penerapan sistem social responsibility memberikan dampak negatif terhadap proses berlangsungnya transaksi-transaksi komuniaksi, terutama dalam hal pengelolaan media massa, khususnya pers. Pers akan menjadi ajang rebutan para penyandang modal karena pers merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Dalam kondisi tersebut, pers tidak bisa melaksanakan fungsinya secara sehat dengan alasan sebagai berikut:

  1. Pers akan menjadi alat bagi suatu kelompok yang mempunyai interest tertentu,
  2. Para pemilik perusahaan lebih berorientasi kepada keuntungan bisnis atau komersial ketimbang pada mutu mutu muatannya,
  3. Media massa, khususnya pers sering memberikan perhatian terhadap hal-hal yang tampak dari luar terlihat sensasional, sehingga sering gagal dalam menyajikan hal-hal atau peristiwa-peristiwa kemanusiaan.
  4. Media massa, khususnya persndikendalikan oleh salah satu kelas ekonomi, kelas-kelas bisnis dan musuh

d. Menimbulkan Disintegrasi

Orientasi para pemilik atau penguasa media massa terhadap bisnis atau komersial memberi dampak tajam terhadap hal-hal sebagai berikut:

  1. Media massa dapat menganggu kemerdekaan pribadi individu-individu warga negara,
  2. Media massa dapat membahayakan moral bangsa atau moral publik,
  3. Munculnya berbagai opini yang dibentuk oleh media massa karena ragam pemiliknya.

Kondisi semacam ini dapat menimbulkan disintegrasi keyakinan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga tujuan sistem (negara) tidak mungkin tercapai.

2. Authoritarian System

Kata authoritarian sendiri berasal dari bahasa Inggris authority, yang sebetulnya merupakan turunan dari kata Latinauctoritas. Kata ini berarti pengaruh, kuasa, wibawa, otoritas.Oleh otoritas itu, orang dapat memengaruhi pendapat, pemikiran, gagasan, dan perilaku orang, baik secara perorangan maupun kelompok. Otoritarianisme adalah paham atau pendirian yang berpegang pada otoritas, kekuasaan dan kewibawaan, yang meliputi carahidup dan bertindak.

Penganut otoritarianisme (authoritarian) akan berpegang pada kekuasaan sebagai acuan hidup. Ia akan menggunakan wewenang sebagai dasar berpikir. Ketika berhadapan dengan orang lain dan menanggapi masalahnya, mereka akan menanyakan kedudukannya (sebagai apa) dalam lembaga dan organisasi. Dalam membahas masalah itu, dia tidak akan mempersoalkan hakikat dan kepentingannya, tetapi berhak ikut campur dan mengurus perkara yang dipersoalkannya. Namun, hal ini hanya berlaku untuk dirinya. Untuk orang lain, orang otoritarian akan membatasi pekerjaan seseorang, yaitu agar orang tersebut bekerja menurut prosedur dan aturan yang ada. Jika orang itu tidak mengerti dan tidak menjalankan tugasnya dengan baik, ia akan dianggap salah.

Ciri Berkomunikasi

Penganut otoritarian hanya mengenal satu macam komunikasi, yaitu satu arah. Komunikasi dua arah, saling diskusi dan menanggapi, dan model demokratis dengan kemungkinan perbedaan dan pertentangan pendapat secara verbal atau secara konseptual akan dimengerti, tapi sulit untuk dihayati. Komunikasi yang bebas dan terbuka, berasal dari berbagai arah dan tertuju ke segala penjuru akan asing baginya, karena gaya komunikasi tersebut tidak masuk dan klop dalam kerangka berpikirnya. Oleh karena itu, komunikasi satu arah menjadi andalan bagi orang ini dalam menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan tugasnya baik dalam menyampaikan gagasan, pemikiran, dan pesan, orang otoritarian hanya mengenal satu bentuk komunikasi, yaitu instruksi. Istilah yang dikenalnya terbatas pada pengarahan, petunjuk, wejangan, perintah, pembinaan, sehingga bentuk komunikasi yang sifatnya sekadar memberitahu perkaranya (informatif) dianggap sudah mencukupi.Bentuk komunikasi yang persuasif untuk meyakinkan, dinilai menghabiskan waktu dan tidak efisien.

Kritik terhadap Otoritarianisme

Kekuasaan merupakan faktor penting dalam kehidupan. Dengan penggunaan kekuasaan yang baik dan tepat, banyak hal dapat diselesaikan dan berbagai prestasi dicapai. Kesalahan otoritarianisme dan para penganutnya ialah memandang kekuasaan bukan sebagai sarana, melainkan untuk tujuan sendiri. Karena itu, yang penting bagi mereka adalah bagaimana kekuasaan berfungsi, digunakan dan ditampakkan. Apa yang hendak dicapai, bagaimana cara mencapainya, dan nasib orang-orang yang diikut sertakan dalam pencapaian tidaklah penting. Pemutar balikkan pemahaman tentang kekuasaan sebagai sarana menjadi tujuan itu mengakibatkan penggunaannya tidak pas. Hasilnya hidup menjadi sempit sebatas tanggungjawab dan wewenang, komunikasi menjadi satu arah, dan permainan kekuasaan merajalela. Akibatnya hidup tidak terkelola dengan baik dan yang berkembang adalah berbagai trik dan usaha untuk mendapatkan kekuasaan, mempertahankannya, dan memanipulasinya dengan alasan apapun. Otoritarianisme entah sadar ataupun tidak, berporos pada pemahaman tentang kekuasaan dan penggunaannya, dengan bentuk-bentuk akibat dalam komunikasi dan gaya hidup yang diciptakannya. Otoritarianisme dan orang-orang otoritarian akan berkembang dan banyak muncul dalam masyarakat yang formalistis, legalistis, dan konvensionalistis.

B. Bidang Komunikasi

1. Komunikasi Sosial (Social Communication)

Komunikasi sosial diartikan sebagai suatu proses interaksi dimana seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain agar pihak lain dapat menangkap maksud yang dikehendaki penyampainya baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi sosial mengisyaratkan pada kita bahwa komunikasi itu sangat penting terutama untuk membangun konsep diri, demi kelangsungan hidup, aktualisasi diri, memperoleh kebahagiaan, serta terhindar dari tekanan dan ketergantungan.Untuk mewujudkan hal tersebut yang harus dilakukan adalah melalui komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi sosial kita bisa bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, sekolah, kelompok masyarakat, desa, kota, negara) untuk mencapai tujuan bersama.

2. Komunikasi Organisasional/Manajemen (Managemen / Organizational Communication)

Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hirarki antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan kerja. Informasi memegang peranan penting dalam mendukung proses pengambilan keputusan yang berdampak pada kemajuan dan perkembangan organisasi. Tujuan utama komunikasi dalam lingkup organisasi adalah memajukan dan mengembangkan organisasi yang ditafsirkan sebagai upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan manajemen. Pengelolaan informasi akan berjalan lancar jika dilakukan melalui kegiatan-kegiatan komunikasi yang efektif baik secara lisan maupun tertulis, menggunakan media atau tanpa media sekalipun. Komunikasi di dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal, horizontal, diagonal.

a. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal adalah bentuk komunikasi tegak lurus keatas maupun kebawah yakni komunikasi antara atasan dengan bawahan dan sebaliknya. Bentuk komunikasi kebawah (atasan kepada bawahan) secara lisan dapat berupa percakapan, rapat, ceramah, pidato. Secara tertulis menggunakan memo, tulisan, surat  perintah maupun pengumuman. Sedangkan komunikasi keatas (bawahan kepada atasan) dilakukan secara lisan atau tertulis berupa usulan, laporan, permintaan, dan lain-lain.

b. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal adalah bentuk komunikasi secara menyamping atau mendatar antara orang-orang yang sama jabatannya dalam kelompok yang sama. Komunikasi ini berfungsi untuk melancarkan kordinasi kerja.

c. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong rantai perintah organisasi dan dilakukan oleh petugas dari bagian yang berbeda dan tingkat yang berbeda pula. Misalnya antara kepala bagian gudang yang berada dibawah manajer berkomunikasi dengan manajer personalia.

3. Komunikasi Bisnis (Bussiness Communication)

Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran informasi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi di berbagai kegiatan internal organisasi bisnis. Seperti komunikasi pada umumnya, dalam kegiatan komunikasi bisnis, pesan yang disampaikan tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga bersifat persuasif. Selain itu, komunikasi bisnis juga berperan dalam pembentukan pendapat umum dan sikap publik khususnya dalam membangun citra perusahaan.

4. Komunikasi Politik (Political Communication)

Komunikasi politik dalam arti sempit adalah setiap bentuk penyampaian pesan, baik dalam bentuk lambang-lambang maupun kata-kata tertulis dan terucap, ataupun dalam bentuk isyarat yang mempengaruhi kedudukan seseorang yang ada dalam suatu kekuasaan tertentu. Dalam arti luas, komunikasi politik adalah setiap jenis penyampaian pesan, khususnya bermuatan informasi politik dari suatu sumber kepada sejumlah penerima pesan. Komunikasi politik melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah. Jadi pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pemindahan lambang-lambang atau simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan poitik dari seseorang atay kelompok pada orang lain dengan tujuan membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku kahalayak menjadi target politik.

5. Komunikasi Internasional (International Communication)

Komunikasi internasional merupakan komunikasi yang dilakukan antara komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain dengan tujuan untuk memperoleh dukungan yang lebih luas. Kegiatan komunikasi internasional bisa berlangsung antara people to people ataupun goverment to goverment. Unit primer yang diamati dalam komunikasi internasional adalah interaksi antara dua negara atau lebih yang berbeda latar belakang budaya.

6. Komunikasi Antarbudaya (Intercultural Communication)

Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi kegenerasi.

Pertumbuhan komunikasi antarbudaya dalam dunia bisnsis memiliki tempat yang utama, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan ekpansi pasar keluar negaranya yang memiliki aneka ragam budaya. Selain itu, makin banyaknya orang bepergian ke luar negeri dengan beragam kepentingan mulia dari melakukan perjalanan bisnis, liburan, mengikuti pendidikan lanjutan, baik yang sifatnya sementara maupun dengan tujuan untuk menetap selamanya.

7. Komunikasi Pembangunan (Development Communication)

Secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan  sebagai suatu kehendak dari suatu bangsa, dan komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial. Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan yang lebih baik atau lebih maju dari sebelumnya. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik diantara masyarakat dengan pemerintah, dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Sedangkan dalam arti terbatas, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan diwujudkan pada masyarakat yang menjadi sasaran dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan.

8. Komunikasi Tradisional (Traditional Communication)

Secara umum komunikasi tradisional adalah proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan media tradisional yang sudah lama digunakan di suatu tempat sebelum kebudayaan tersentuh oleh teknologi modern. Pada masa lalu komunikasi tersebut merupakan bagian dari tradisi, peraturanm upacara keagamaan, hal-hal tabu, dan lain sebagainya, yang berlaku pada masyarakat tertentu. Namun seiring perkembangan teknologi, komunikasi tradisional mulai luntur dan jarang digunakan. Media komunikasi tradisional yang digunakan untuk menyampaikan pesan antara lain sebagai berikut:

  • Kentongan
  • Kulkul
  • Wayang
  • Cerita rakyat
  • Sendratari
  • Upacara rakyat
  • Bedug

9. Komunikasi Lingkungan (Environmental Communication)

Lingkungan hidup merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak hal yang sudah disumbangkan oleh lingkungan di sekitar kita, demi berlangsungnya kehidupan manusia yang lebih layak setiap harinya. Melalui komunikasi yang simbolis, manusia berusaha untuk menjaga, merawat dan melestarikan alam lingkungan sekitar mereka. Tapi, masih banyak saja diantara kita yang tidak ikut berpartisipasi dalam membalas jasa lingkungan alam kita saat ini. Hal ini terbukti, walaupun banyak intelektual yang belajar dan dididik untuk mencintai lingkungan mereka masih saja, para intelektual lainnya merusak dan menganiaya alam ini. Komunikasi yang simbolis mulai tidak dimengerti oleh para manusia dan masyarakat dunia pada masa ini. Banyaknya penyebab yang menjauhkan manusia dari alam lingkungan mereka, semakin memperbesar miss-communication antara lingkungan dan manusia. Maka dari itu, Teori Komunikasi Lingkungan atau yang biasa disebut dengan Environmental Communication Theory dijadikan paduan pembelajaran manajemen komunikasi dan lingkungan yang seimbang untuk diterapkan pada kehidupan manusia.

Sumber Referensi:
Ardianto, Elvinaro, Komala, Lukiati, Karlinah, dan Siti. 2014. Komunikasi Massa (Suatu Pengantar Edisi Revisi). Bandung: Simbiosa Rekanatama Media Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya. De Vito, Joseph. 1996. Human Communication 5e. Edisi Bahasa Indonesia, alih bahasa oleh Agus Maulana. New York: Harper Collins Publishers Inc. Effendy, Onong Uchyana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Liliweri, Allo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Littlejohn. 1999. Theories of Human Communication. Belmont. California: Wadsworth Publishing Company. M. Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Intra Personal dan Interpersonal. Yogyakarta; Kanisius Purba, Amir dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pustaka Bangsa Press. Medan. Rohastono Ajie, G. 2013. Komunikasi Antar Pribadi. Bahan Ajar tidak diterbitkan Semarang: IKIP PGRI Semarang. Supratiknya, A. 2003. Komunikasi Antarpribadi, Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius. T. Wood, Julia. 2009. Communication in Our Lives. Boston; Wadsworth Cengage Learning Wiryanto. 2010. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo
LihatTutupKomentar

Followers