-->

Problem Keluarga dan Ketahanan Keluarga (Bimbingan dan Konseling Keluarga)

Problem Keluarga dan Ketahanan Keluarga (Bimbingan dan Konseling Keluarga)

Problem Keluarga dan Ketahanan Keluarga (Bimbingan dan Konseling Keluarga)
Problem Keluarga dan Ketahanan Keluarga (Bimbingan dan Konseling Keluarga)

A. Pengertian Problem Keluarga 

Problem keluarga artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya terutama remaja, mereka melawan orang tua, dan terjadi pertengkaran terus menerus antara ibu dengan bapak terutama mengenai soal mendidik anak-anak. Bahkan problem keluarga bisa membawa kepada perceraian suami-isteri. Dengan kata lain problem keluarga adalah suatu kondisi yang sangat labil di keluarga, dimana komunikasi dua arah dalam kondisi demokratis sudah tidak ada. Jika terjadi perceraian sebagai puncak dari problem yang berkepanjangan, maka yang paling menderita adalah anak-anak. Sering perkara perceraian di pengadilan agama, yang paling rumit adalah siapakah yang akan mengurus anak-anak. Sering pengadilan memenangkan hak asuh kepada pihak laki-laki atau bapak. Dalam hal ini pengadilan agama hanya berdasarkan fakta hukum belaka. 

B. Jenis-jenis Masalah, Faktor dan Upaya Mengatasi Problem Keluarga

Ada sejumlah problem di dalam sebuah keluarga. Problem tersebut bisa berdiri sendiri tetapi kecenderungannya saling berkaitan satu sama lain. Beragam problem keluarga diantaranya:

1. Masalah Perekonomian

Keluarga miskin masih besar jumlahnya di negeri ini. Berbagai cara diusahakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Akan tetapi tetap saja kemiskinan tidak terkendali. Terakhir pemerintah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) pada tahun 2007 dan 2008. Kemiskinan jelas berdampak terhadap keluarga. Jika kehidupan emosional suami-isteri tidak dewasa, maka akan timbul pertengkaran. Sebab, istri banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum. Padahal penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberi makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Akan tetapi yang namanya manusia sering bernafsu contohnya ingin memiliki televisi, radio dan sebagainya sebagaimana layaknya sebuah keluarga yang normal. Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan isteri dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah pertengkaran suami-isteri yang sering menjurus kearah perceraian. Suami yang egois dan tidak dapat menahan emosinya lalu menceraikan isterinya. Akibatnya terjadilah kehancuran sebuah keluarga sebagai dampak kekurangan ekonomi.

a. Faktor-faktor Penyebab dari problem perekonomian :

  • Keadaan ekonomi keluarga yang lemah berpengaruh pada sandang, pangan, papan yang baik.
  • Penghasilan isteri yang lebih besar.
  • Gaya hidup yang berbeda.

b. Upaya mengatasi problem Perekonomian :

1) Terbuka.

Hal pertama yang harus dilakukan untuk menghindari keuangan adalah bersikap terbuka. Baik pasangan sama-sama mencari uang atau hanya salah satu saja yang menghasilkan uang, seharusnya tak ada yang disembunyikan masalah pengeluaran. Selalu diskusikan semua keputusan yang menyangkut keuangan, seperti pengeluaran, pemasukan, tabungan, dan lainnya.

2) Tentukan tujuan jangka panjang

Dalam hal keuangan, Anda juga harus cermat dan bijak dalam melihat masa depan. Tentukan beberapa hal di masa depan yang membutuhkan banyak uang. Misalkan biaya pendidikan anak, liburan, dan lainnya. Ini akan membantu Anda menyimpan uang dan tak kewalahan ketika saatnya tiba.

3) Menabung.

Anda tak harus menabung banyak di bank, namun sediakan tabungan kecil di rumah yang bisa Anda isi setiap minggu. Mungkin terdengar remeh, namun uang yang terkumpul bisa jadi sangat berguna saat dibutuhkan.

4) Sisihkan ”uang senang-senang”

Sisakan sedikit uang untuk hiburan atau bersenang. Jangan banyak-banyak agar tidak terlalu boros. Anda bisa menggunakan uang tersebut untuk makan malam bersama, nonton film, atau membeli sesuatu untuk keluarga. Anggap saja uang ini adalah sebuah reward atas kerja keras Anda dan pasangan.

5) Bekerjasama untuk mengatur keuangan

Pastikan Anda dan pasangan saling bekerjasama untuk mengatur keuangan. Jangan terlalu mendominasi atau malah pasif jika berkaitan dengan pengeluaran atau pengaturan keuangan. Mungkin awalnya akan canggung, namun jika dibiasakan Anda akan mendapatkan manfaat mengatur keuangan sebagai tim bersama pasangan.

6) Memiliki usaha sampingan.

Mungkin dengan isteri bekerja membuka toko sembako ,maka sedikit demi sedikit keluarga tersebut tidak kekurangan kebutuhan ekonomi karena saling membantu antara suami dan isteri.

2. Masalah Kesehatan

Kesehatan sangatlah penting bagi diri kita karena jika diantara anggota keluarga kita sering sakit-sakitan maka pengeluaran untuk dokter, obat-obatan dan rumah sakit akan bertambah. Apalagi jika salah satu anggota keluarga terjangkit penyakit menular itu akan membutuhkan pengeluaran yang lebih banyak lagi. Masalah gizi buruk menghantui banyak keluarga miskin di Indonesia dan Kurang kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin menambah parahnya masalah kesehatan keluarga . Contohnya dalam sebuah keluarga ada yang mudah sakit karena mungkin kekurangan gizi yang tidak baik.

a. Faktor-faktor penyebab dari problem kesehatan adalah : 

  • Biaya kesehatan semakin mahal tidak sebanding dengan pendapatan per kapita.
  • Beragam penyakit semakin bermunculan bersamaan dengan makin majunya ilmu kedokteran.

b. Upaya Mengatasi problem kesehatan :

  1. Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi dengan baik
  2. Ajarkan anak hidup sehat dimulai dari “diri sendiri”. Dapat dikatakan bahwa kesehatan yang kita miliki adalah karena “upaya” kita sendiri.
  3. Makan makanan sehat, merupakan kebutuhan penting, tidak saja bagi penyediaan energi untuk tubuh,tetapi juga merupakan kebutuhan penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup.
  4. Memelihara kesehatan lingkungan, hidup sehat memerlukan situasi, kondisi, dan lingkungan yang sehat. Karena itu, kondisi lingkungan perlu benar-benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Kesehatan lingkungan harus dipelihara agar mendukung kesehatan keluarga dan setiap orang yang hidup di sekitarnya. Memelihara berarti menjaga kebersihannya. Lingkungan kotor dapat menjadi sumber penyakit.

3. Masalah Seksual

Hubungan seksual yang tidak harmonis menjadi salah satu pemicu konflik dalam kehidupan rumah tangga, Banyak pasangan tidak menyadari pentingnya hubungan seksual ini. Bahkan banyak diantara pasangan menjalani hubungan seksual sebagai hal rutinitas semata. Sekedar menjalankan kewajiban, tidak ada nuansa keindahan di dalamnya. Sering kita baca disurat kabar bahwa suatu masalah yang rumit untuk di kaji adalah masalah perselingkuhan yang di lakukan oleh suami atau isteri karena masalah seksual.

a. Faktor-faktor penyebab problem seksual adalah :

  • Kurang puas terhadap pelayanan dari pasangan.
  • Hubungan seks tidak dapat dikendalikan mengakibatkan pertambahan anggota keluarga.

b. Upaya mengatasi problem seksual :

  1. Komunikasi, Hilangkan rasa sungkan dan malu. Bicarakan semua masalah seks yang Anda rasakan bersama pasangan, biar pasangan tahu problem seks yang sedang Anda alami.
  2. Menahan emosi seks. Salah satu penyebab ejakulasi dini adalah tidak bisa menahan emosi seks ketika bersetubuh. Kebanyakan pria selalu ingin cepat ejakulasi.
  3. Menghalangi semua permasalahan terbawa ke tempat tidur. Hindari berhubungan seks bila amarah dan kejengkelan masih bersemayam di hati.
  4. Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri. Kesibukan seringkali menghalangi suami-isteri untuk bersama, hingga tidak bisa menikmati kehidupan secara pribadi.
  5. Peliharalah kesehatan dengan mengatur pola makan dan tetap berolahraga. Selain itu hindarilah minuman beralkohol secara berlebihan

4. Masalah Pendidikan

Masalah pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya problem di dalam keluarga. Jika pendidikan agak lumayan pada suami-isteri, maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami-isteri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami liku-liku keluarga. Akibatnya terjadi selalu pertengkaran yang mungkin menjadi perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan, mungkin sekali kelemahan dibidang pendidikan akan diatasi. Artinya suami-isteri akan dapat mngekang nafsu masing-masing sehingga pertengkaran dapat dihindari. Mengapa demikian? Karena agama islam mengajarkan agar orang bersabar dan shalat di dalam menghadapi gejolak hidup rumah tangga. 

a. Faktor-faktor penyebab problem pendidikan adalah:

  • Pendidikan yang tidak seimbang antara suami dan istri.
  • Berpengaruh pula segala keputusan yang akan diambil dalam keluarga.
  • Pasangan yang sama-sama memiliki pendidikan yang rendah.

b. Upaya mengatasi problem pendidikan:

Untuk masalah pendidikan dalam keluarga memiliki arti yang sangat komplek, karena pada dasarnya pendidikan di Indonesia tergantung pada latar belakang masing-masing keluarga, tetapi tinggal bagaimana masing-masing keluarga menerapkanya diantaranya

  • Mengikuti wajib belajar 9 tahun
  • Memprogram dan merencanakan pendidikan dengan baik untuk keluarga.
  • Memberikan kebebasan memilih pendidikan yang akan ditempuh anggota keluarga.
  • Menyiapkan dana atau tabungan pendidikan sedini mungkin untuk merealisasikan pendidikan yang akan ditempuh.
  • Menyiapkan solusi jika mungkin pilihan pendidikan yang kita inginkan tidak tercapai.

5. Masalah Pekerjaan

Peluang kerja semakin terbatas tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. Persaingan dalam dunia kerja dan dunia usaha juga semakin tajam menambah makin beratnya beban keluarga adakalanya pasangan suami-isteri terpaksa bekerja serabutan atau bekerja di luar kompetensinya demi memperoleh penghasilan, Persoalan pekerjaan di kantor sering berimbas pada rumah tangga. Kesibukannya terfokus pada pekerjaan pencarian materi yaitu harta dan uang.Makna kesuksesan hidup tidaklah semata-mata berorientasi materi.

a. Faktor-faktor penyebab problem pekerjaan adalah:

  • Orang tua sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan nya.
  • Tidak punya pekerjaan atau baru di PHK.

b. Upaya mengatasi problem pekerjaan:

  • Adanya komunikasi dan interaksi hubungan yang baik antar keluarga masalah pekerjaan agar salah satu di antara suami atau isteri dapat mengerti dan memahami beban pekerjaan masing-masing yang sedang di jalankan sehingga tidak ada kesalah pahaman.
  • Sebelum kita memutuskan untuk menikahi pasangan kita, pasti kita sudah melihat dari segi pekerjaan, jadi saat kita sudah memutuskan untuk menikah pun berarti kita sudah menerima pekerjaan pasangan dan berjalan bersama memelihara dan mencintai pekerjaan pasangan kita.

6. Masalah Agama 

Agama sangat penting peranannya dalam membangun keluarga bahagia. Termasuk dalam hal menentukan arah keluarga, pernikahan yang di bangun atas dasar kesamaan agama terkadang sering bermasalah apa lagi dengan pernikahan yang beda agama pasti mempunyai masalah. Dari perbedaan agama inilah muncul permasalahan dalam sebuah rumah tangga.

a. Faktor-faktor penyebab problem agama adalah:

  • Perbedaan agama antara suami dan isteri.
  • Jauh dari agama hanya mementingkan materi dan duniawi semata maka tinggal menunggu kehancuran keluarga tersebut saja.

b. Upaya mengatasi problem agama:

  • Luangkan waktu untuk selalu berintropeksi diri.
  • Lebih memahami agama masing-masing pasangan sehingga tidak muncul permasalahan diantara pasangan.
  • Berusaha selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta.

7. Masalah Komunikasi

Masalah komunikasi merupakan masalah fundamental yang menentukan kebahagiaan keluarga, kesenjangan komunikasi sering memicu timbulnya permasalahan lain yang lebih kompleks dan perlu disadari bahwa apapun permasalahan dalam keluarga (suami-isteri dan anak) solusinya melalui proses komunikasi yang baik. Komunikasi interpersonal yang dilandasi sikap keterbukaan, pemahaman, penerimaan membuka peluang sukses bagi pemecahan masalah keluarga. Setiap anggota keluarga harus menyadari setiap kata dan tindakannya betapa berpengaruh pada orang lain. Semuanya perlu belajar berkomunikasi yang baik demi keutuhan keluarga. Contohnya seperti diantara salah satu orangtua mereka pulang hampir malam, karena jalan macet. Badan capek, sampai dirumah mata sudah mengantuk dan tertidur. Tentu orangtua tidak punya kesempatan untuk berdiskusi atau berkomunikasi dengan suami atau istri dan anak-anaknya.

a. Faktor-faktor penyebab problem komunikasi:

  1. Anak yang takut kepada orang tua.
  2. Orang tua sering cekcok.
  3. Kakak adik tidak cocok.
  4. Orang tua tidak adil.
  5. Tidak cocok antara mertua dan menantu.
  6. Masalah dengan para tetangga.

b. Upaya mengatasi problem komunikasi:

  1. Luangkan waktu untuk mendengarkan.
  2. Berusaha untuk komunikasi intens dengan anggota keluarga yang lain.
  3. Buat tradisi keluarga.
  4. Pergi berlibur bersama.

Ketahanan Keluarga

Ketahanan Keluarga, apa pentingnya?

Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk membawa dampak positif dan negatif. Dampak negatif pertumbuhan penduduk di Indonesia diantaranya adalah meningkatnya masalah sosial di masyarakat seperti kasus perceraian dalam keluarga, keterbatasan akses masyarakat dalam memperoleh layanan pendidikan dan kesehatan berkualitas secara mudah dan murah, krisis air bersih dan rendahnya perilaku higienis di sebagian besar masyarakat, semakin banyak keluarga yang tidak memiliki rumah tinggal yang layak huni, dan beberapa permasalahan masyarakat di daerah rawan bencana, konflik, atau kepulauan terpencil. Pada intinya, akan lebih banyak lagi jumlah keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal, tidak memiliki pengetahuan tugas perkembangan, tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan, terbatas kesempatan dan akses untuk maju dan berkembang dan pada akhirnya keluarga akan menemui kesulitan dalam menjalankan fungsi-peran-tugas keluarga. Potret ini banyak kita jumpai di sekitar kita. Inilah yang mendasari pentingnya ketahanan keluarga.

Kehidupan modern yang begitu dahsyatnya memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Aspek positifnya adalah manusia mampu mengakses setiap informasi di belahan bumi manapun dengan cepat lewat media cetak, elektronik dan internet. Namun dampak negatif juga dirasakan dengan terjadi kemajuan teknologi yang super canggih. Munculnya budaya permisif, style kehidupan barat yang kebanyakan tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa ini tidak dipungkiri telah merasuk ke dalam kehidupan rumah tangga. Sehingga sikap kehati-hatian dan kewaspadaan mutlak diperlukan dengan membangun ketahanan rumah tangga.

Di sinilah pentingnya setiap individu untuk mengetahui dasar-dasar ketahanan keluarga agar keluarganya tidak mudah goyah dan rapuh. Dan dasar itu adalah visi dan misi hidup yang benar dari seluruh anggota keluarga, komitmen yang kokoh, persepsi yang utuh tentang keluarga dari masing-masing anggota dan membangun keterpaduan dan kemitraan dalam keluarga.

Namun upaya membangun ketahanan keluarga itu juga tidak selalu mulus. Karena selalu ada hambatan-hambatan yang senantiasa menghadang yaitu misalnya, dari sisi internal anggota keluarga adalah lemahnya komitmen dalam hidup berkeluarga, style gaya hidup yang hedonis dan permisif, serta lemahnya komunikasi antar anggota keluarga. Sedangkan secara eksternal adalah adanya perkembangan teknologi yang kemajuannya semakin pesat dari tahun ke tahun.

Berangkat dari realita inilah fungsi keluarga yang harus dioptimalisasikan yaitu Fungsi Pengaturan Seksual, Fungsi Reproduksi, Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan, Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan, Fungsi Afeksi dan Rekreasi, Fungsi Ekonomi, dan Fungsi Status Sosial.

Silahkan Baca Juga: Kegiatan Bimbingan dan Konseling Dalam Keluarga

Daftar Pustaka
Ali, H.Suparmo dan Hartini,Tri. (2014). Konseling Keluarga. Semarang. IKIP PGRI Semarang Press 
Djamarah, Syaiful Bahari. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak). Jakarta : Rineka Cipta
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga). Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Nalgita, Prof. Dr. Bimo. (2014). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Andi Offset
Nggermanto, Ir. Agus. (2015). Kecerdasan Quantum (Melejitkan IQ, EQ, dan SQ). Bandung : Nuansa Cendekia
Pujosuwarno, Sayekti. (1994). Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta : Menara Mas Offset
Salim, H. Moh Haitami. (2013). Pendidikan Agama dalam Keluarga (Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membangun Generasi Bangsa yang Berkarakter). Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
St. Darmawijaya. (1994). Mengarungi Hidup Berkeluarga. Yogyakarta : Kanisius
Willis, S.Sofyan.(2011). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung : Alfabeta
Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Surabaya : Rona Publishing
LihatTutupKomentar

Followers